Musium Kriminal abad pertengahan

"Are humans born good or evil?"

Perdebatan antara Hobbes dan Rousseau ini memang tiada habisnya. Dilema nya sungguh fundamental: Apakah manusia terlahir jahat, namun kekangan peraturan sosial membuat kita menjadi makhluk etis? Ataukah manusia adalah makhluk baik yang kerap terjepit kepentingan-kepentingan orang lain dalam situasi sosial, hingga kita terdorong menjadi egois dan jahat?


Di sebelah selatan Jerman di daerah Frankonia dekat Nürnberg, ada sebuah kota kecil yang sungguh cantik. Dinding kota dan gerbang-gerbang tua dari batu berusia ratusan tahun berdiri gagah melindungi bangunan-bangunan abad pertengahan yang berjejer-jejer manis berwarna-warni. Ditengah-tengah kota, ada sebuah alun-alun luas dengan gereja tua dan kantor administrasi yang sudah dipugar. Kota itu riuh ramai oleh pengunjung dari berbagai penjuru dunia yang memenuhi cafe-cafe dan restoran-restoran di sepanjang jalan sempit berbatu sambil menikmati atmosfir abad pertengahan yang melayang-layang di udara.


"Bagus juga ya John kota nya", kata Richard sambil berjalan mendongak melihat-lihat fasad bangunan-bangunan tua. 


Seperti biasa Richard menemaniku melancong.


"Bagus Rich. Kemarin ada artikel gitu tentang desa-desa paling cantik di eropa dan kota ini salah satu yang masuk di list nya", kataku sambil berjalan di samping Richard.

"Ooo", kata Richard mengangguk-angguk sambil memandang berkeliling, "jadi begini gaya kota medieval John?", tanyanya kemudian.
"Iya Rich, selamat datang di Rothenburg ob der Tauber", jawabku sambil merentangkan lengan.
"Terus ini rumah warna-warni yang dindingnya berkerangka kayu tegak, melintang, miring ini juga medieval nih?", lanjutnya bertanya sambil menunjuk rumah-rumah kecil yang berjejer-jejer.
"Fachwerkhäuser sulit untuk ditebak dari jaman apa, sebab kemunculan pertamanya udah sejak jaman Romawi kuno sekitar tahun 80 Masehi. Teknik membangunnya disebut Opus craticum oleh Vitruvius dalam bukunya De architectura. Menurut Vitruvius bangunan ini secara arsitektur kurang baik karena dia rentan kebakaran, dinding tanah liatnya gampang hancur dan enggak tahan lama. Tapi karena teknik pembangunan yang simplistik dan penggunaan bahan bangunan yang mudah didapat, bangunan model ini bisa cepat menyebar di seluruh eropa," aku meracau memuaskan egoku sendiri.

Richard tampak bosan mendengarku. Ia berjalan agak menjauh.

"Johnnnn!!", Richard tiba-tiba menarik lenganku sambil menunjuk sebuah bangunan di sebelah kanan kami dengan papan bertuliskan "mittelalterliches Kriminellmuseum", yang artinya kurang lebih: Musium kriminal abad pertengahan.
"Woh", aku tersentak. Ternyata saking bangga nya dengan sejarahnya, kota ini punya musium kriminal abad pertengahan.
"Mau masuk John?"
"Harus", kataku sambil berjalan memasuki pintu depan musium.

Seusai membeli tiket dari seorang resepsionis cantik berkostum tradisional Bavaria, kami menuruni tangga menujur ruang bawah tanah. Ruangan itu agak gelap dan dingin. Di kanan kirinya tampak benda-benda aneh yang ternyata adalah alat-alat penyiksaan abad pertengahan. Aku mulai merinding menatapi mesin-mesin horor yang dipajang rapi dengan tulisan yang menerangkan cara penggunaannya dalam tiga bahasa.


Ada alat yang tampak seperti tempat tidur sempit dimana seorang pelanggar hukum akan diikat dan tangan kakinya ditarik sampai putus. Alat lain berupa kursi dengan sabuk leher yang bisa mencekik orang dengan level cekikan yang bisa diatur. Adapula sebuah Iron Maiden asli dari jaman pertengahan yang dipajang dengan duri-duri yang sudah berkarat. Banyak juga bermacam tipe borgol dari besi. Namun yang paling mengerikan adalah beberapa dokumen tua dengan huruf-huruf antik yang tertulis rapi diatasnya. Dalam dokumen itu dijelaskan bahwa penyiksaan adalah bagian dari sistem hukum masyarakat abad pertengahan. Dokumen itu menjelaskan dengan detil bagaimana cara menuntut orang, bagaimana seorang dijatuhi hukuman sampai bagaimana ia akan disiksa. Deskripsi tugas para algojo pun tercatat sangat jelas mulai dari bagaimana menyiapkan alat hukuman hingga bagaimana membersihkan mayat seorang yang sudah mati setelah dihukum.


Di ruangan lain ada sebuah lemari kaca yang diatasnya tertulis "Shaming Masks" tampak topeng-topeng besi grotesque yang memalukan. Dibawahnya dijelaskan bahwa para pelaku asusila ringan di jaman itu akan dipaksa menggunakan topeng yang bisa digembok ini untuk kurun waktu tertentu agar merasa malu.


"Lihat John, topeng babi kayak Chu Pat Kai di film Sun Wukong", Richard menunjuk sebuah topeng besi berbentuk kepala babi. Ia merujuk pada karakter Zhu Bajie dalam mitologi legendaris Journey to the West karangan Wu Cheng'en.
"Wah, jangan-jangan Chu Pat Kai itu orang eropa abad pertengahan yang kabur ke Cina Rich", kataku memulai sesi Brainstorming dengan Richard.
"Hmmm", Richard menggumam , "terus Sun Wukong itu siapa?", ia menerima tantangan Brainstorming itu.
"Wukong orang bule blonde gitu".
"Tapi kenapa namanya monyet emas, bukan monyet blonde?"
"Karena kata blonde waktu itu belum tercipta di jaman dinasti Ming"
"Hmmm... masuk akal juga. Terus kenapa dikira monyet?", Richard lanjut bertanya.
"Karena die berbulu banget. Brewok-brewok gitu. Terus mungkin mukanya kayak monyet. Kayak Munky gitarisnya KoRn kan mirip monyet. Namanya aja Munky".
"Jangan-jangan Wukong itu kakek buyutnya Munky gitaris KoRn itu John?", Richard menimpali.
"Bisa jadi", jawabku mengakhiri sesi Brainstorming kami sambil lanjut berjalan mengelilingi museum.

Ternyata tampaknya penyiksaan di jaman ini bukan sekedar ambisi para raja-raja Feodal yang megalomaniak untuk menghukum orang seenak udelnya, melainkan sebuah sistem yang dibuat masyarakat medieval  untuk menciptakan kedamaian masyarakat. Tapi menciptakan kedamaian lewat rasa takut dan gelisah tampak seperti sebuah konsep yang kontradiktif. Kesalahan kecil saja akan mendapat hukuman keji. Apakah orang-orang di abad pertengahan harus dihukum sekejam itu agar bisa membedakan baik dan buruk? Apakah mereka terlahir busuk, tanpa rasa empati, sehingga tak mampu merasakan derita orang lain yang dijahati? Bagaimana dengan hati nurani? Apa mereka tidak menyesal apabila melakukan sesuatu yang jahat?

Pikiranku kembali melayang pada kisah petualangan Wukong dan Pat Kai, yang pergi menemani biarawan Xuanzang mencari naskah suci Buddha. Bukankah kisah petualangan mereka ada adalah cerita penebusan dosa masa lalu? Konon Pat Kai yang cabul itu berdosa karena sempat merayu dewi bulan Chang'e. Sedang dosa terbesar Wukong adalah keangkuhan dan egonya yang tampaknya menciptakan pandemonium di surga. Keikutsertaan mereka dalam petualangan itu rasanya karena didorong perasaan bersalah untuk mencari kedamaian hati. Sebuah cerita tentang empati dan nurani.

Mungkin sistem penyiksaan abad pertengahan adalah sebuah bagian dari proses trial and error dalam peradaban manusia untuk mencari sistem hukum yang paling tepat untuk kita. Sistem penyiksaan medieval ini menghilang saat filosofi humanisme berkembang pesat di abad ke 17 seiring dengan keruntuhan feodalisme. Konsep-konsep seperti kemerdekaan manusia, toleransi, persaudaraan dan pemisahan negara dari institusi religius dicetuskan selantang-lantangnya. Filosof-filosof seperti David Hume, John Locke dan Voltaire menjadi selebriti baru  yang ide-idenya bak cahaya terang di malam yang gelap pekat. Tak heran jaman pencerahan itu biasa disebut sebagai Age of Enlightenment.

Kini hampir semua negara dan institusi di dunia mengabolisi sistem penyiksaan. Masalahnya menyiksa bukan berarti menghukum, sehingga siksaan bisa dipandang sebagai sebuah pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di negara-negara maju di Skandinavia, para pelanggar hukum diperlakukan sangat baik dibawah slogan "memanusiakan manusia". Konon di Norwegia, seorang yang lari dari penjara dapat dimaklumi dan tidak diberi hukuman lebih karena keinginan untuk bebas adalah insting dasar manusia. 

"Rich, mana yang benar. Manusia itu terlahir jahat terus jadi etis karena peraturan. Atau manusia tuh makhluk baik yang terus jadi jahat karena pengaruh kejadian-kejadian disekitarnya?", tanyaku dalam perjalanan pulang.
"Hmmm, maksudnya jadi jahat karena kejadian-kejadian itu gimana John?"
"Ya maksudnya misalnya kayak Darth Vader gitu Rich. Anakin Skywalker kan awalnya baik gitu. Terus tergoda jadi jahat karena dia bisa lebih berkuasa, lebih disegani, lebih kaya dan sebagainya."
"Ooo kayak Two Face di Batman yang jadi jahat karena kekecewaan mendalam gitu ya?"
"iya, bener", jawabku puas.
"Magneto juga John. Dia dijahatin terus kan pas kecil, akhirnya nafsu balas dendam pas udah dewasa", lanjut Richard sambil menerawang.
"Bener banget. Jadi menurut elo gimana?"
"Kayaknya John", Richard berhenti sebentar, "manusia itu aslinya baik. Tapi dunia ini penuh godaan yang bisa bikin orang jadi jahat. Gitulah emang natur manusia", jawab Richard sambil menatap kosong ke depan.

Lantunan suara merdu Michael Jackson langsung terngiang di telingaku menyanyikan lagu gubahan Steve Porcaro:
...
Is just an apple
Then let me take a bite

If they say,
Why, why, tell 'em that it's human nature
...

Comments